Peluang Usaha Perdagangan Pupuk : Prospek Usaha : Usaha pertanian moderen termasuk usaha kehutanan semakin tergantung pada pemakaian pupuk. Hal ini sejalan dengan usaha peningkatan produksi pertanian melalui penggunaan varietas unggul yang membutuhkan pupuk lebih banyak. Produksi pertanian yang tinggi tidak dapat diperoleh tanpa penggunaan pupuk, yang merupakan ciri dari sistem pertanian intensif. Dalam usaha pertanian yang intensif tersebut, kesuburan tanah terus mengalami kemerosotan akibat diambil oleh tanaman dan hilangnya pupuk karena pencucian dan penguapan.
Untuk memenuhi permintaan produksi pertanian yang terus meningkat dewasa ini, berbagai usaha terus dilakukan, khususnya melalui usaha pemupukan berimbang antara unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Ada 16 unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, 9 unsur hara dinamakan unsur hara makro dan 7 unsur hara dinamakan unsur hara mikro. Termasuk unsur hara makro adalah C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S. Unsur C, H dan O dipenuhi dari air dan udara. Unsur N, P dan K sebagian besar dipenuhi dari pupuk, sedangkan Ca dan Mg biasanya diberikan dalam bentuk pengapuran. Pupuk S biasanya tidak menjadi masalah pada daerah yang ada gunung apinya. Belerang dari gunung api menguap dan bercampur dengan awan kemudian turun bersama air hujan. Termasuk unsur hara mikro adalah Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo dan Cl umumnya dipenuhi dari batuan yang melapuk dan bahan organik.
Upaya peningkatan produksi pangan hampir selalu diikuti oleh pemakaian pupuk yang makin besar. Namun demikian di daerah beriklim tropika basah dengan tanah-tanah yang mengalami pelapukan lanjut (highly weathered soils) seperti Indonesia kebutuhan pupuk lebih banyak karena sebagian dari pupuk tersebut hilang melalui irigasi, run off, nitrifikasi dan volatilisasi.
FAO mencatat penggunaan pupuk di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) berkembang cukup pesat, terutama pupuk nitrogen. Namun demikian penggunaan pupuk P dan K dinilai masih sangat rendah termasuk di Indonesia. Hal ini kurang menguntungkan terutama untuk lahan yang potensi kesuburan tanahnya rendah. Unsur P dan K termasuk unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, pupuk P dan K merupakan pupuk yang sama pentingnya dengan pupuk N.
Secara umum pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik disebut juga pupuk kimia. Dalam kelompok ini terdapat pupuk urea, ZA, TSP, SP 36 dan KCl. Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari dekomposisi sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan, termasuk di dalamnya kompos dari kotoran cacing (kasting) dan pupuk hijau. Pupuk kimia biasanya dihasilkan oleh industri besar, sedangkan pupuk organik dihasilkan oleh industri kecil dan industri rumah tangga. Untuk menghasilkan pupuk organik dapat digunakan bahan yang mengandung mikroorganisme. Bahan tersebut berfungsi mempercepat pengomposan. Salah satu bahan tersebut adalah stardex.
Dari uraian di atas, industri pupuk masih merupakan mata usaha yang perlu dikaji kemungkinan pengembangannya seiring dengan usaha peningkatan produksi pertanian. Kenyataan bahwa stok pupuk pada tingkat nasional belum tersedia secara merata dan kadang-kadang terjadi kelangkaan pupuk.
Jenis Pupuk
1.
2.
|
Pupuk Anorganik
Pupuk Organik
|
Urea, ZA, TSP, SP36 dan KCl
Kompos, kotoran hewan, kasting, pupuk hijau
|
Pupuk yang ada di pasaran sekarang ini banyak sekali jumlahnya baik pupuk asli ataupun pupuk palsu. Pupuk palsu maksudnya pupuk yang diproduksi dengan formula yang tidak sesuai dengan kandungan unsur seperti yang tertera pada label kemasan, dan dibuat mirip dengan jenis pupuk yang asli. Pupuk palsu ini banyak digunakan oleh para petani yang memerlukan harga pupuk yang relatif rendah. Akan tetapi karena kualitas pupuk palsu tidak baik seperti pupuk aslinya, maka petani yang menggunakan akan dirugikan. Jika ini terus berlangsung pada akhirnya petani tidak akan membeli pupuk tersebut. Dampak akhirnya akan merugikan industri pupuk baik pupuk asli maupun pupuk palsu itu sendiri.
Analisa Pupuk Organik
Bahan Baku :
1. Kotoran hewan : 40-50 persen
2. Jerami : 20-30 persen
3. Arang sekam : 20 persen
4. Bahan Tambahan (Molase, zeolit,dll) : 10 persen
Alat yang digunakan :
Jenis Peralatan
Alas bambu: Sebagai alas tumpukan kompos dalam proses pengomposan
Mesin giling : Menghaluskan pupuk organik yang masih kasar
Mesin kemas : Menjahit karung kemasan pupuk organik
Timbangan gantung : Menimbang bahan baku dengan kapasitas beban dibawah 100 kg
Timbangan duduk 500 kg : Menimbang bahan baku dan pupuk organik dengan kapasitas beban dibawah 500 kg
Terpal : Sebagai penutup dan alas sewaktu menjemur
Cangkul : Sebagai alat pengaduk bahan kompos
Sekop : Sebagai alat pengaduk bahan kompos
Ayakan : Menyaring partikel kompos
Drum : Sebagai tempat penampung air
Garu : Pengaduk bahan kompos
Embrat /Penyiram : Sebagai alat penyiram
Sepatu Boot : Melindungi kaki pekerja
Ember dan gayung : Menampung dan mengambil air
Untuk info rincian dan cara lebih lanjut klik
:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27449/H10szu.pdf
Proposal Usaha Terkait :
Proposal usaha Rongsokan
Proposal Usaha Pengolahan Biji Plastik
Proposal Usaha Ternak Kambing Etawa
No comments:
Post a Comment